Curug Nangka: Harmonisasi Raga dan Semesta
“Semesta bernyanyi dalam gemericik air dan sapuan angin lembut yang melewati celah batuan tua.”
Mas_Olo
Pernahkah sesekali coba menarik diri dari hiruk pikuk polusi suara rutinitas, lari dari suara klakson mobil yang memekakan telinga, lari dari suara mesin printer dan ketikan keyboard di laptop di kala hari kerja, lari dari suara amarah, tangisan dan rebut riuh manusia yang berusaha mengejar cita dan cinta di dunia?
Coba sejenak mendengarkan suara semesta yang memanggil lembut melalui suara gemericik air mengalir perlahan hingga arus deras yang menggelegar tapi tetap membuat ketenangan abadi. Ada seorang filsuf yang berkata bahwa sesekali suara detak jantung harus TUNE IN dengan suara semesta untuk mendapatkan kekuatannya kembali, terapi terbaik adalah mendekatkan telinga ke suara air yang mengalir, mencoba mencari kesejukan dan ketenangan di balik rimbun dedaunan. Rasakan kesegaran alami dari pesona surgawi.
Pesona semesta memanggil kembali, kali ini dengan harapan akan membawa pulang kesejukan hati melalui gemericik air yang mengalir, tak lupa membuat senandung sederhana melalui tatapan lensa kamera. Misi kali ini sederhana, terapi dan fotografi, perpaduan sempurna untuk sekedar lari sejenak dari rutinitas.
Bagi kita penyuka terapi dan fotografi, ada tempat yang cukup menarik untuk dikunjungi. Tak jauh dari kita yang tinggal di daerah padat kota seperti Jakarta, ada surga kecil tersembunyi untuk para pencinta semesta. Surga yang dirindukan untuk sekedar melepas lelah, berkumpul bersama keluarga, mencelupkan kaki untuk menciptakan sensasi kesegaran, atau untuk menyiapkan mata lensa demi terciptanya fotografi apik bin elok. Surga ini bernama Curug Nangka yang terletak di Sukajadi, Tamansari, Bogor, Jawa Barat.

Curug nangka tidaklah berdiri seorang diri, dia ditemani oleh saudara-saudaranya,kembar tiga yaitu curug daun dan curug kawung. Sekali mendayung bisa mendapatkan 3 curug di satu lokasi, kapan lagi. Untuk menuju kesini bisa ditempuh banyak cara, dengan KRL yang disambung naik angkot jurusan ciapus, atau naik gojek dari stasiun bogor, atau bisa menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor. Apapun kendaraannya, curug nangka akan selalu menunggu kehadiran para pencinta semesta untuk menikmati keindahan di dalamnya. Kali ini mas olo memilih motor sebagai kendaraan untuk menuju curug nangka. Untuk masuk ke dalamnya ada 2 gerbang utama, yang paling depan dikelola oleh warga, sedangkan gerbang yang ada di dalam dikelola oleh taman nasional gunung halimun salak. Tidak perlu mengeluh karena untuk melewatinya kit hanya cukup mengeluarkan 22 ribu (per satu orang) untuk masuk kedua gerbang tersebut sekaligus tarif parkir di dalam. Yah anggap saja kita sedang turut memajukan ekomoni daerah sana kan yah. Harga yang cukup terjangkau untuk sebuah surga yang dirindukan banyak orang.

Trio Curug (nangka, daun, kawung) ini cukup ramai dikunjungi orang pada saat weekend, ada yang datang bersama keluarga, bersama pasangan, bersama kawan, bersama guru, ataupun datang seorang diri saja. Bagi para pencinta fotografi, tentunya surga ini adalah objek yang menawan untuk dijadikan kenang-kenangan bagi waktu. Berbagai objek dapat kita foto disini, mulai dari interaksi manusia dengan manusia, interaksi manusia dengan alam, interaksi alam dengan alam atau bahkan interaksi monyet-monyet yang menggelantung di sana sini. Ini adalah simbiosis sempurna yang tercipta apa adanya.



Kalaupun kalian hanya ingin menikmati dengan berdiam diri saja, perpaduan antara suara manusia, kera, aliran air, semilir angin, gesekan daun-daunan dan hawa dingin yang tercipta sudah mampu membuat kita seperti berada di surga saat memejamkan mata.

Saran saya, jikalau kalian ingin menikmati semesta, setting smartphone kalian ke flight mode, atau matikan paket datanya, agar maksimal bisa menikmati kesegaran sejati tanpa perlu diganggu oleh dering polusi ponsel yang selalu mengganggu. Oh iyah, bagi anda pencinta slowshutter-an, jangan lupa untuk membawa tripod supaya bisa menjepret karya-karya dengan maksimal. Beberapa foto diatas, diambil tanpa menggunakan tripod, jadi banyak hilang fokusnya.

Tutup mata, tarik nafas dalam, tajamkan pendengaran, sentuh perlahan air yang mengalir. Rasakan sensasi menyatu dengan semesta, biarkan semesta bekerja untuk mensinkronkan detak jantung kita dengan detak raga semesta, untuk menciptakan sebuah harmonisasi semesta, ikatan antara manusia dan semesta dalam surga yang seharusnya tercipta setiap harinya. Selamat menikmati surga.

Catatan:
Saat di curug nangka, aku bertemu dengan seorang pejuang hebat, yang dimasa tuanya tetap berupaya bekerja, melawan keterbatasannya, melawan trek alam yang terjal untuk sekedar menjajakan barang jualannya, nasi uduk dan gorengan. Bahkan si nenek bercerita bahwa pernah terjatuh saat sedang menuruni jalan berbatu yang licin yang mengakibatkan wajahnya berlumuran darah. Sebuah perjuangan yang tidak mudah untuk umurnya dan medan terjal seperti curug nangka ini. Jikalau saat sedang berkunjung ke sini bertemu dengan pejuang ini, jangan malu dan sungkan untuk beli dagangannya yah guys, dengan senang hati ia akan melayani kita dan mengenyangkan perut kita yang keroncongan. Bagi kita mungkin hanya seberapa saja, tapi bagi beliau itu sangatlah berarti.

Salam Inspirasi,
Mas_Olo
Betul betul sebuah Curug yang sangat indah pemandangannya, saya sangat tertarik untuk mengunjunginya
wah pastis uara gemericik air bkin nyanyian alam yang unik